kata yang asing banget.. kebetulan itu tugas fisafat gue.. (‾▽‾")
dan pesen dosen gue sih, ga boleh plagiant, alias copas... ga apa kalo salah.. jadi hana tulis dengan bahasa sendiri..
Alhamdulillah selsai..
ini dia tugas yang barusan hana ketik.. dan bakal dikumpulin besok..
"Falsifikasionisme"
Pertama kali saya mendengar kata ini saya kira ini adalah salah satu
bahasa Vikinisasi. Benarkah?.
Ternyata setelah saya cari pengertiannya di google, tidak ada hubungan sama
sekali dangan bahasa Vikinisasi, apa
lagi Vicky prastyonya. Ini adalah bentuk awal Falsifikasionisme menurut saya.
Seperti kata Komunisme,
Liberalisme, dan Nasionalisme yang
berupa paham dan berakhiran “me” saya kira Falsifikasionisme juga berupa suatu
paham karena berakhiran “me” . dan dugaan saya kali ini benar, ini adalah salah
satu pemikiran ‘Naïve’ saya, tapi benar kan?.
Dari penjelasan yang saya baca paham
Falsifikasionisme ini adalah paham untuk menyalahkan. Jika di dunia ini semua
peneliti melakukan eksperimen dan observasi untuk membuktikan kebenaran praduga
mereka (peneliti) , dalam paham ini justru kebalikannya. Yaitu untuk
membuktikan kalau ‘Teori’ atau apapun itu yang diyakini dan masih berupa
praduga, dugaan, kira-kira itu adalah salah.
Seperti di paragraph awal, saya kira itu adalah
salah satu contoh bahwa saya bereksperimen (dengan bergoogle ria walau
sebenarnya ini kurang untuk dikatakan bereksperimen, lebih ke-mencari ekserimen
yang telah orang lakukan) untuk membuktikan bahwa saya salah menganggap bahwa
kata “falsifikasionisme” adalah salah satu kata Vikinisasi.
Contoh lainnya yang saya pikirkan adalah, mitos.
Kebanyakan peneliti melakukan riset, eksperimen dan lain sebagainya apakan
untuk membuktikan mitos itu adalah benar?.. atau justru untuk menyalahkannya?.
Saya rasa kebanyakan peneliti bereksperimen untuk menyalahkannya.
Salah satu bentuk mitos adalah ‘menabrak
kucing akan membawa sial’. Sebagian masyarakat ada saja yang percaya dengan
hal tersebut, dan setiap terjadi kecelakaan kepada sang ‘kucing’ disangka
pertanda buruk bagi sang ‘penabrak’. Padahal apa bedanya menabrak kucing dan
tikus, keduanya sama-sama tak tertolong. Dan keduanya sama-sama binatang, tapi
diperlakukan berbeda. Bahkan ,kadang kucing di kafani selayaknya manusia. Baik
sih, tapi tidak adil bagi sang ‘tikus’. Dari mitos itu bisa saja ada yang
meneliti, tapi bukan untuk membuktikan kebenaran, tapi untuk membuat mitos
tersebut adalah salah.
Itu yang dapat saya pahami dari artikel yang saya baca, hanya tentang
‘menyalahkan’ dengan memberikan fakta-fakta kalau suatu teori adalah salah..
kalo dibaca kesannya kaya becanda gitu ya..
semoga bisa dipahami.. (˘ʃƪ ˘)
kan ga papa kalo salah .. ヽ(´∇`)ノ
oke lah.. selamat pagi ,, dan selamat tidur.,. :*
mantap vrooh lebih mudah dimengerti
ReplyDelete